Persepsi Masyarakat Kota Yogyakarta dalam Merespon Pilkada 2024
|

Persepsi Masyarakat Kota Yogyakarta dalam Merespon Pilkada 2024

Yogyakarta – Muda Bicara ID menyelenggarakan Survei Pilkada Kota Yogyakarta pada 2024 terkait dengan politik uang dan pertimbangan yang melatarbelakang untuk memilih Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta.

Survei ini dilakukan pada 1 – 14 Maret 2024 dengan sample responden yang berjumlah 140 responden dan tersebar di 14 Kecamatan di Kota Yogyakarta.

Pandangan terhadap Politik Uang

Berdasarkan hasil survei tersebut, Founder Muda Bicara ID, Moch Edward Trias Pahlevi menekankan bahwa Pilkada tidak hanya tentang pergantian kepemimpinan, tapi juga penentuan arah pembangunan Yogyakarta untuk lima tahun ke depan.

“Meski Pilkada Kota Yogyakarta sebelumnya diwarnai isu politik uang, survei menemukan bahwa 67% responden telah menolak praktik tersebut, dengan sebagian bahkan melaporkannya kepada Bawaslu. Namun, masih ada segmen yang menerima politik uang, dengan alasan dua alasan tertinggi yakni menghargai kandidat dan kebutuhan ekonomi,” terang Edward.

Menurut temuan survei, 50% responden pada Pilkada sebelumnya mengaku besaran uang yang diterima sebesar lima puluh ribu rupiah hingga seratus ribu rupiah. Bahkan, ada sebagian yang mengaku menerima dalam bentuk barang.

Preferensi Pemilih

Survei ini juga melihat preferensi pemilih terhadap kandidat sebanyak 60% responden memilih calon Walikota dan Wakil Walikota karena visi, misi, dan program. Di samping dari Penampilan, prestasi, dan status putra daerah.

Tidak hanya itu, responden juga menginginkan karakter calon Walikota dan Wakil Walikota yang jujur dan tidak korupsi sebanyak 40%, yang menginginkan pemimpin yang merakyat dan sederhana sebanyak 23%, serta yang menginginkan pemimpin yang tegas dan berwibawa sebanyak 17%.

“Kami menyoroti adanya preferensi terhadap pemimpin yang merakyat dan sederhana oleh 23% responden menandakan keinginan masyarakat untuk memiliki pemimpin yang dekat dengan rakyat dan memahami kehidupan sehari-hari mereka,” lanjut Edward

Survei juga menggali preferensi responden terhadap latarbelakang calon Walikota. Di mana sebanyak 28% responden menginginkan walikota berlatar organisasi atau tokoh keagamaan, 24% ingin berlatar akademisi, dan 16% berlatar masyarakat sipil.

Pandangan terhadap Isu

Survei juga menggali masalah sosial-politik yang paling utama atau paling dirasakan saat ini di Kota Yogyakarta, dan dirasa penting untuk dibawa dalam visi-misi Calon Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta

Sebanyak 55% responden menginginkan kepala daerah mengangkat isu ketimpangan dan kesenjangan sosial, serta 38,20% responden menginginkan isu pengelolaan sampah, sisanya memilih isu lain seperti lingkungan, infrastruktur publik dan biaya pendidikan.

“Temuan ini menunjukkan bahwa isu sosial-ekonomi dan pengelolaan sampah menjadi prioritas utama yang diharapkan masyarakat untuk diatasi dalam visi dan misi Calon Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta,” tambah Edward

Penerimaan Informasi

Temuan Muda Bicara ID, sebanyak 71% responden menganggap bahwa baliho tidak berpengaruh terhadap pilihan mereka di Pilkada. Selain itu, sebanyak 72% responden menganggap bahwa video merupakan bentuk konten kampanye politik yang menarik.

kedua temuan ini mengindikasikan bahwa pemilih masa kini lebih cenderung terpengaruh oleh kampanye yang menyediakan konten yang informatif, interaktif, dan relevan dengan kebutuhan serta keinginan mereka. Ini menandai pentingnya strategi komunikasi politik yang inovatif dan adaptif dalam era digital, di mana pemilih mencari lebih dari sekadar sloganeering tetapi substansi dan keterlibatan yang nyata.

Kamu suka? Yuk bagikan tulisan ini.

Similar Posts