74 Persen Mahasiswa UGM Berasal dari Keluarga Menengah ke Bawah

74 Persen Mahasiswa UGM Berasal dari Keluarga Menengah ke Bawah

Universitas Gadjah Mada dalam pendiriannya, memiliki lima jati diri yang selama ini dipegang teguh yakni UGM sebagai universitas nasional universitas perjuangan, universitas Pancasila, universitas kerakyatan dan universitas pusat kebudayaan. Pengejawantahan UGM sebagai univesitas nasional diwujudkan dengan tingkat penerimaan asal mahasiswa yang merepresentasi dari dari semua provinsi di Indonesia. Selain bertujuan untuk mengurangi kesenjangan kualitas sumber daya manusia di tanah air. UGM terus meningkatkan aksesibilitas pendidikan bagi putra daerah dari wilayah luar Jawa, wilayah Indonesia Timur dan wilayah-wilayah yang termasuk dalam kategori 3T yakni Tertinggal, Terdepan dan Terluar. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan secara signifikan proporsi mahasiswa luar Jawa telah mencapai 20 persen dari total mahasiswa.

Sebagai Universitas kerakyatan, UGM tetap terus berkomitmen menjadi perguruan tinggi yang memperhatikan mahasiswa yang berasal dari keluarga yang berekonomi lemah namun memiliki potensi dan prestasi tinggi. “Salah satu bentuk perhatian yang diberikan dengan mencarikan sumber-sumber pemberi beasiswa sebagai pendukung finansial mahasiswa agar dapat meningkatkan prestasi dan mempercepat proses penyelesaian studi,” kata Wakil Rektor bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr., Rabu (6/7).

Hingga tahun 2021, kata Djagal, jumlah mahasiswa penerima beasiswa dan besaran nominal beasiswa terus mengalami peningkatan. Beasiswa diwujudkan dalam bantuan UKT, biaya hidup dan relaksasi UKT. “Pada Tahun 2021 UGM mengelola 190 jenis beasiswa yang bersumber dari 117 mitra dengan nominal mencapai Rp 295 miliar yang disalurkan pada 19.766 mahasiswa baik mahasiswa Diploma, Sarjana dan Pascasarjana,” ungkapnya.

Djagal menyebutkan sekitar 74 persen mahasiswa UGM saat ini berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi kelas menengah ke bawah. Bahkan sekitar 30 persen berasal dari keluarga miskin. “Karena itu UGM selalu mengajak para pihak dan mitra untuk berkontribusi menjadi pemberi beasiswa,” paparnya.
Persentase jumlah mahasiswa miskin dan mengejawantahkan jati diri i UGM menjadi universitas nasional dan universitas kerakyatan, UGM selalu memperhatikan besar biaya kuliah. Menurut Djagal rata-rata biaya kuliah selama 4 tahun untuk saintek sebesar Rp 68,5 juta. Sedangkan biaya kuliah untuk Soshum Rp 56 juta.

Untuk mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu menurut Djagal besar uang UKT bisa nol rupiah hingga Rp 500 ribu per semester. Besaran uang UKT dikelompokkan menjadi delapan. Seperti kelompok kelompok I atau UKT 1 mulai dari nol rupiah hingga maksimal Rp. 500.000 per semester. Lalu kelompok II sebesar Rp. 501.000 – Rp. 1.000.000. Sedangkan untuk kelompok 3 minimal Rp 2,4 juta hingga maksimal Rp 7,5 juta. Sedangkan untuk kelompok 8 (UKT 8) minimal Rp 8 juta hingga 26 juta. Ia menyebutkan nilai UKT ini berlaku untuk semua jalur penerimaan. “Penentuan nominal UKT dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi mahasiswa berdasarkan pendapatan, jumlah tanggungan, dan pihak yang membiayai,” jelasnya.

Seperti diketahui, Uang Kuliah Tunggal yang selanjutnya disingkat UKT adalah biaya yang dikenakan kepada setiap Mahasiswa untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Besaran biaya UKT ini ditetapkan oleh Pemimpin PTN masing-masing termasuk dalam hal ini Rektor di masing masing Universitas. Penulis : Gusti Grehenson

Kamu suka? Yuk bagikan tulisan ini.

Similar Posts