|

Larung Kali Gajahwong Wujud Rasa Syukur dan Sarana Memelihara Kerukunan Warga

Warga Kampung Balirejo, Muja Muju, Umbulharjo, Yogyakarta kembali menggelar Larung Kali Gajahwong, Minggu (27/10/2024). Kegiatan larung ini merupakan wujud syukur kepada Tuhan YMA serta sarana memelihara kerukunan antarwarga.

Kegiatan ini digelar di pinggir Kali Gajahwong, Dronjongan RT 53 Balirejo, Muja Muju, Umbulharjo, Yogyakarta.

Warga mengarak hasil bumi dari area Kali Gajang Wong. Warga juga melakukan doa bersama lintas agama, kerja bakti membersihkan kali, merti kali, melarung di kali, dan pergelaran kesenian jathilan.

Dalam kegiatan ini warga kompak memakai busana kebaya dan surjan. Adapun rute uang dilalui, mulai dari Pendopo Kampung Balirejo – Jl. Balirejo – Jl. Kerto – Jl. Kusumanegara – Jembatan Bonbin – Jl. Inspeksi Sungai Gajahwong – hingga finia di Pinggir Kali Gajahwong (RT 53 Balirejo)

Salah satu panitia pelaksana Dian mengatakan merti kali Gajahwong ini mengandung beragam makna dan filosofis yang hendak disampaikan oleh warga. Ada tiga tumpeng yang menjulang ke atas, yang dijadikan makanan bersama setelah keliling kampung. Kemudian, ada satu tumpeng besar yang diarak keliling kampung yang bermakna warga memohon kepada “Yang di Atas”, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Doa lintas agama juga dipanjatkan sebagai bentuk puji syukur dan terima kasih untuk bumi dan memohon pertolongan Tuhan untuk mengusir semua hal buruk yang merusak kampung. Beragam hal negatif yang merusak keharmonisan hubungan, baik antarsesama warga maupun antara warga dengan lingkungan akan didoakan agar dihindarkan dari kampung Balirejo.

Rasa syukur atas limpahan anugerah alam berupa air, juga disampaikan warga Balirejo yang hidup di sekitar bantaran Kali Gajahwong. Tinggal di wilayah perkotaan tidak menjadikan warga setempat abai dengan sungai karena ada banyak manfaat yang dapat dirasakan.

Tidak hanya menyediakan beragam satwa, seperti ikan, udang, dan belut yang dapat dikonsumsi warga, sungai ini juga menjadi sumber material pasir dan batu untuk bangunan. Warga juga memanfaatkan sebagian lahan di sekitar aliran sungai untuk bertani. Semakin marak juga kelompok warga yang menyulap bantaran sungai yang dulu dianggap kotor dan wingit, menjadi ruang publik yang bersih dan nyaman untuk dikunjungi.

Larung kali ini ditujukan tidak sekadar untuk memanjatkan rasa syukur dan doa kepada Tuhan dan alam, tetapi juga menjadi sarana memelihara kerukunan warga sekitar bantaran sungai agar dapat terus bersama-sama menjaga kelestarian Kali Gajahwong. Ritual ini juga diharapkan dapat menjadi undangan bagi warga, baik di hulu maupun hilir Kali Gajahwong lintas wilayah, untuk selalu bersama-sama menjaga aliran sungai ini dari ancaman bencana alam dan pencemaran.

“Doa dan harapan dari Gajahwong ini semoga dapat menjadi energi positif di tengah banyaknya permasalahan dan situasi penuh ketidakpastian. Memelihara solidaritas sebagai sesama warga yang hidup di bumi Yogyakarta yang diwujudkan dalam beragam cara, simbolis maupun praktis, akan menguatkan kesiapan menghadapi kehidupan penuh tantangan ke depan.”

Kamu suka? Yuk bagikan tulisan ini.

Similar Posts