Nenek-Nenek Gamer’s
Ibunda saya di masa tuanya memiliki kebiasaan yang cukup unik. Selain memperbanyak kegiatan ibadah, beliau juga kerap mengundang keponakan-keponakannya ke rumah kami yang mungil di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Beliau memasakkan makanan yang enak-enak untuk para keponakan yang sebagian besar masih duduk di sekolah menengah, meski beberapa di antaranya ada pula yang telah duduk di bangku kuliah.
Tapi rupanya agenda Ibunda yang jebolan teknik kimia kampus Ganesha itu bukan hanya sekedar makan-makan dan perbaikan gizi keponakan saja, melainkan ingin mengajak mereka bermain game digital di konsol yang memang Ibu saya beli secara khusus secara luring, karena memang saat itu belum marak transaksi online seperti saat ini.
Rupanya Ibu memerlukan lawan tanding atau sparing untuk memantik hormon kompetisi seperti adrenalin dan kortisol yang akan memicu dopamin di saat Ibu dapat memenangkan suatu battle. Ibu senang sekali dengan permainan bergenre arcade seperti Tetris dan lain-lain. Juga game-game seperti Marble atau Candy Crush Saga. Para ponakan yang saat itu mulai kenal dengan game bergenre RPG di fase awal, senang pula bermain dengan Ibu, selain karena di rumah mereka tidak ada konsol atau komputer, bermain bersama Ibu berarti dapat me-request penganan-penganan enak yang akan segera dicari dan tersaji.
Setelah beberapa tahun Ibu meninggalkan kami semua, terkadang saya terkenang akan tingkah lucu Ibu itu. Nenek-nenek gamer, demikian sebagian cucunya menjulukinya. Tapi setelah belakangan hari saya mulai banyak mendalami berbagai kajian neurosains terkait interaksi manusia dengan piranti dan teknologi digital, saya mulai mahfum bahwa apa yang dilakukan Ibu pada masa tuanya itu, mungkin adalah resep cespleng bagi terjaganya kapasitas dan kualitas kognisi beliau. Terbukti logika beliau masih sangat tajam sampai akhir hayatnya, demikian pula memori dan kemampuan beliau dalam beragumentasi dengan dasar-dasar ilmiah.
Saya senang sekali mendengar diskusi beliau saat ada reuni reguler tahunan alumni TK ITB angkatan beliau yang isinya memang orang-orang hebat semua. Ada yang mantan menteri keuangan, pengusaha nasional yang terkenal, sampai guru besar di almamater mereka. Para kakek dan nenek itu banyak membahas tugas kampus di masa mereka kuliah, perkembangan teknologi terkini, sampai kasak-kusuk kimiawi soal resep masakan, dan saling berhipotesa unsur apakah yang memberikan sensasi luar biasa pada makanan itu, termasuk proses bagaimana jika makanan itu di up scaling menjadi skala industri, maklumlah mereka alumni TK, bukan Kimia Murni.
Kini saya jadi berpikir, apakah mungkin game arcade yang sering dimainkan beliau dj waktu luangnya adalah kunci dalam menjaga dan mengoptimasi fungsi kognisi? Bisa jadi.
Menurut beberapa ahli neurosains, game bergenre arkade, seperti Tetris, Pac-Man, atau Space Invaders, adalah salah satu jenis game yang paling mendasar namun berpengaruh dalam melatih berbagai keterampilan motorik dan fungsi kognitif dasar. Berbagai riset neurosains telah menunjukkan bahwa pengalaman bermain game arkade dapat merangsang otak untuk meningkatkan fungsi-fungsi tertentu melalui mekanisme neuroplastisitas, yaitu kemampuan otak untuk berubah dan beradaptasi sebagai respons terhadap pengalaman baru.
Game arkade sering kali membutuhkan respons motorik cepat dan presisi untuk menggerakkan objek, menghindari rintangan, atau menekan tombol pada waktu yang tepat. Aspek neurosains yang relevan dalam hal itu antara lain adalah aspek motorik halus dan koneksi sensorimotor. Dimana game arkade melibatkan koordinasi antara mata dan tangan (hand-eye coordination), yang melibatkan korteks motorik dan korteks sensorik. Misal, saat pemain bergerak cepat untuk menangkap objek yang jatuh, otak harus memproses informasi visual melalui korteks visual primer di lobus oksipital, lalu mengirimkan perintah ke tangan melalui korteks motorik primer. Aktivitas ini dapat memperkuat koneksi antara neuron di jalur sensorimotor, meningkatkan efisiensi respons motorik halus.
Game arkade diketahui juga dirancang untuk menantang pemain dengan aksi yang cepat dan repetitif. Ini melatih kemampuan refleks, yang diatur oleh korteks pre-motor dan ganglia basalis, bagian otak yang bertanggung jawab atas gerakan otomatis dan pengambilan keputusan cepat. Latihan berulang pada game ini membantu mempercepat proses refleks motorik melalui penguatan sinaptik dalam jalur syaraf.
Karena pada saat bermain pemain harus memahami posisi tubuh, jari, atau kontroler dalam ruang tanpa melihatnya secara langsung, maka tanpa disadari; kesadaran proprioseptif akan terlatih. Game arkade membantu meningkatkan proprioception capability, yang melibatkan sistem sensorik di otak dan medula spinalis.
Selain di aspek motorik, game arkade juga melibatkan berbagai fungsi kognitif dasar yang penting dalam kehidupan sehari-hari, seperti perhatian, pengambilan keputusan, dan kemampuan pemecahan masalah. Game arkade melibatkan situasi yang membutuhkan perhatian intens terhadap banyak objek bergerak sekaligus. Misal, dalam Space Invaders, pemain harus memonitor musuh, menembak, dan menghindari serangan secara bersamaan. Aktivitas ini pada gilirannya akan melatih jaringan atensi dorsal di otak, termasuk lobus parietal dan korteks prefrontal, yang bertanggung jawab untuk memfokuskan perhatian pada tugas tertentu meskipun ada gangguan yang mendistraksi. Dan hebatnya lagi, kadang Ibu saya memainkan game arkade ini sambil sesekali disela kegiatannya memasak sayur lodeh istimewa.
Sebagian besar game arkade juga menuntut pengambilan keputusan dalam waktu singkat. Misal, pemain harus memilih untuk menyerang atau bertahan hanya dalam hitungan detik. Aktivitas ini melibatkan korteks prefrontal dorsolateral (DLPFC), yang berperan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, serta amigdala dari sistem limbik, yang terlibat dalam respons emosional terhadap situasi tekanan tinggi.
Meskipun mekanisme game arkade tampak sederhana, beberapa game membutuhkan strategi. Misal, Tetris mengharuskan pemain memikirkan cara menyusun blok agar tidak menumpuk. Aktivitas ini merangsang lobus frontal (khususnya area Brodmann 46) yang bertanggung jawab atas kemampuan kognitif tingkat tinggi, seperti strategi dan prediksi.
Game arkade juga dapat meningkatkan kapasitas pengolahan informasi multisensorial. Di mana saat bermain game arkade, otak pemain mengintegrasikan berbagai jenis informasi, seperti visual (objek di layar), auditori (efek suara), dan kinestetik (gerakan). Integrasi ini dilakukan oleh superior colliculus dan korteks asosiatif multisensorial di lobus parietal, hingga dapat meningkatkan kemampuan untuk memahami dan merespons lingkungan secara efektif.
Game arkade tanpa kita sadari sebenarnya dapat memperkuat pola-pola syaraf atau jaras neuronal melalui latihan berulang, yang mendukung konsep neuroplastisitas. Dimana latihan berulang dalam game arkade dapay meningkatkan efisiensi sinyal syaraf di jalur yang digunakan, misalnya jalur visual-motorik, dan kondisi itu memperkuat koneksi sinaptik karena adanya pola habituasi.
Game arkade juga punya peran signifikan dalam proses pembentukan memori prosedural, dimana dengan bermain terus-menerus, keterampilan motorik menjadi otomatis dan tersimpan dalam memori jangka panjang melalui ganglia basalis dan otak kecil (cerebellum). Dengan demikian pemain seperti Ibu saya, menjadi lebih terampil dalam memproses informasi yang datang dengan cepat, meningkatkan kemampuan multitasking.
Secara umum, pemain game arkade dengan keterampilan motorik dan refleks yang terlatih dapat bekerja lebih efektif di profesi yang membutuhkan respons cepat, seperti atlet, dokter bedah, pilot atau masinis kereta api. Game arkade juga telah digunakan dalam terapi rehabilitasi untuk pasien stroke atau cedera otak, membantu mereka memulihkan kemampuan motorik dan kognitif dasar.
Dan game arkade pun dapat digunakan sebagai salah satu metoda latihan keseimbangan kognitif-motorik untuk meningkatkan kemampuan dalam kegiatan sehari-hari, seperti mengemudi atau berolahraga (permainan), hingga keterampilan gaming ini menjadi sangat relevan untuk diterapkan di berbagai kelompok usia dan kalangan.
Lalu dengan berbagai kemudahan yang ada saat ini, terlebih dengan kemajuan AI (akal imitasi) seperti model LLM Generative AI yang semakin meningkat kapasitas kognisi serta kemampuan menyelesaikan tugasnya (hingga memecahkan persamaan yang bersifat kompleks), maka amat dimungkinkan untuk mengembangkan berbagai gim dengan fungsi edukatif dan peningkatan kapasitas neurofisiologi secara mandiri atau setidaknya dengan waktu yang relatif lebih singkat dan cara yang jauh lebih mudah.
Oleh karena itu pula maka industri gim digital berkembang teramat pesat seiring dengan meningkatnya akses terhadap perangkat keras dan perangkat lunak yang semakin terjangkau serta tersedianya platform distribusi global, dan peran AI tentu saja. Tetapi meski semakin mudah, tetap saja kita perlu mengetahui tahapan dalam proses produksi sebuah game atau gim, sebagaimana gim arkade yang kerap dimainkan almarhumah Ibu saya. Proses produksi gim bukanlah sekadar menyusun kumpulan kode dan aset grafis, melainkan juga mensinergikan berbagai disiplin ilmu, termasuk desain interaktif, pemrograman, seni visual, audio, hingga manajemen proyek.
Pemahaman terstruktur mengenai tahapan pengembangan gim dapat membantu pengembang, baik pemula maupun profesional, dalam menciptakan produk yang inovatif, fungsional, serta diminati oleh khalayak, tentu ini diperuntukkan bagi hang serius menjadi pengembang gim profesional ya.
Langkah awal pengembangan gim dimulai dari ide yang dapat muncul melalui brainstorming yang terarah. Pada tahap ini, pengembang mengidentifikasi genre (misalnya arcade, RPG, puzzle) dan merumuskan mekanika inti yang menjadi ciri khas gim. Aspek pembeda; seperti gaya seni, sistem interaksi, atau alur cerita; didefinisikan untuk memberikan identitas yang kuat. Penentuan audiens sasaran menjadi krusial, karena preferensi pemain akan mempengaruhi strategi desain, tingkat kesulitan, serta gaya presentasi konten.
Hasil pemikiran ini kemudian dirangkum dalam sebuah Game Design Document (GDD). Dimana GDD adalah dokumen menyeluruh yang mencakup deskripsi judul gim, genre, alur cerita, desain karakter, mekanika gameplay, struktur level, aset yang dibutuhkan, serta teknologi yang akan digunakan. GDD berperan sebagai acuan utama dalam setiap tahap produksi, memastikan bahwa setiap anggota tim pengembang memiliki pemahaman yang selaras tentang tujuan akhir gim.
Pada tahap ini, pengembang mulai merealisasikan ide yang tertuang dalam GDD. Pemilihan game engine menjadi salah satu keputusan strategis. Engine seperti Unity, Godot, GameMaker Studio 2, atau Construct 3 menawarkan beragam fitur dan kemudahan, mulai dari dukungan lintas platform, kemampuan pemrograman visual, hingga integrasi dengan tool eksternal untuk seni dan audio. Pemilihan engine harus disesuaikan dengan kebutuhan proyek, tingkat kompleksitas gim, serta kemampuan teknis tim.
Selanjutnya, pengembang mengumpulkan atau menciptakan aset visual (sprite, ilustrasi, tekstur, model 3D) dan audio (musik latar, efek suara). Aset dapat dibuat mandiri menggunakan perangkat lunak seperti Aseprite atau GIMP, atau dengan memanfaatkan aset gratis maupun berlisensi sesuai kebutuhan estetika gim.
Tahap pemrograman mencakup implementasi mekanika gameplay, logika sistem, kecerdasan artifisial untuk karakter non-pemain, serta integrasi input dari pemain.
Bahasa pemrograman dan paradigma pengembangan (development)berbeda-beda tergantung engine yang digunakan. Misalnya, Unity mendukung C#, sementara Godot menggunakan GDScript. Selama proses ini, pengembang juga membangun level yang menantang serta menarik, dengan mempertimbangkan keseimbangan kesulitan, variasi tantangan, dan kesinambungan alur (jika ada narasi).
Setelah purwarupa/prototipe dasar terbentuk, proses pengujian internal dilakukan untuk mengidentifikasi bug, inkonsistensi, dan kekurangan dalam gameplay. Pengujian oleh anggota tim pengembang penting untuk memastikan stabilitas teknis awal. Tahap berikutnya adalah pengujian eksternal, di mana individu di luar tim pengembang, sering kali merupakan target audiens yang akan dilibatkan untuk memberikan umpan balik yang objektif. Pengujian eksternal ini akan memberikan perspektif baru mengenai tingkat kesulitan, kepuasan bermain, dan kejelasan tujuan.
Berdasarkan hasil pengujian, dilakukan iterasi perbaikan, termasuk mengatasi bug, menyeimbangkan ulang mekanika gameplay, serta meningkatkan antarmuka pengguna. Proses iteratif ini berperan penting dalam menciptakan pengalaman bermain yang optimal.
Setelah gim dianggap siap, langkah berikutnya adalah membangun berkas instalasi Android, yaitu APK (Android Package Kit). Game engine umumnya memiliki fasilitas ekspor yang memungkinkan pengembang menghasilkan APK secara langsung. Sebelum rilis, APK diuji pada berbagai perangkat Android untuk memastikan kompatibilitas, kinerja, serta tampilan antarmuka yang konsisten.
Untuk distribusi, pengembang dapat memanfaatkan toko aplikasi seperti Google Play Store. Langkah ini meliputi pembuatan akun pengembang, penyusunan deskripsi gim, penyiapan aset promosi (ikon, screenshot, video trailer), serta upload APK. Proses ini diikuti oleh peninjauan dari pihak toko aplikasi sebelum gim dapat diunduh oleh pengguna global.
Sebagai penutup, iseng-iseng saya mau mencoba membuat sebuah gim arkade yang genrenya dulu merupakan kesenangan Ibu saya, dengan bantuan generative AI versi advanced. Berikut adalah contoh kode sederhana untuk gim arcade yang saya beri judul “Gudang Om Ano”, dari nama sahabat saya yang orangnya memang sangat ikonik, cerdas, baik hati, dan unik.
Gen AI membantu proses koding dengan menggunakan Python dan Pygame Library. Gim ini melibatkan karakter utama (pekerja gudang) yang harus menangkap kotak yang jatuh dari bagian atas layar.
Mekanika gim secara sederhana –> Pemain mengontrol karakter yang bergerak ke kiri atau kanan untuk menangkap kotak yang jatuh.
Tujuan –> Mengumpulkan poin sebanyak mungkin dengan menangkap kotak.
Langkah pertama, menginstal Pygame dengan menjalankan perintah: pip install pygame
Kode Python untuk Gim Gudang Om Ano
import pygame
import random
import sys
# Inisialisasi pygame
pygame.init()
# Dimensi layar
SCREEN_WIDTH = 800
SCREEN_HEIGHT = 600
screen = pygame.display.set_mode((SCREEN_WIDTH, SCREEN_HEIGHT))
pygame.display.set_caption(“Gudang Om Ano”)
# Warna
WHITE = (255, 255, 255)
BLACK = (0, 0, 0)
RED = (255, 0, 0)
GREEN = (0, 255, 0)
# FPS
clock = pygame.time.Clock()
FPS = 60
# Pemain (Karakter Gudang Om Ano)
player_width = 80
player_height = 20
player_x = SCREEN_WIDTH // 2 – player_width // 2
player_y = SCREEN_HEIGHT – 50
player_speed = 7
# Kotak (Objek yang Jatuh)
box_width = 30
box_height = 30
box_speed = 5
box_x = random.randint(0, SCREEN_WIDTH – box_width)
box_y = -box_height
# Skor
score = 0
font = pygame.font.Font(None, 36)
# Fungsi untuk menampilkan skor
def show_score():
score_text = font.render(f”Skor: {score}”, True, BLACK)
screen.blit(score_text, (10, 10))
# Loop Utama
running = True
while running:
screen.fill(WHITE)
# Event handling
for event in pygame.event.get():
if event.type == pygame.QUIT:
running = False
# Input keyboard
keys = pygame.key.get_pressed()
if keys[pygame.K_LEFT] and player_x > 0:
player_x -= player_speed
if keys[pygame.K_RIGHT] and player_x < SCREEN_WIDTH – player_width:
player_x += player_speed
# Gerakan kotak jatuh
box_y += box_speed
if box_y > SCREEN_HEIGHT:
box_y = -box_height
box_x = random.randint(0, SCREEN_WIDTH – box_width)
# Deteksi tabrakan
player_rect = pygame.Rect(player_x, player_y, player_width, player_height)
box_rect = pygame.Rect(box_x, box_y, box_width, box_height)
if player_rect.colliderect(box_rect):
score += 1
box_y = -box_height
box_x = random.randint(0, SCREEN_WIDTH – box_width)
# Gambar pemain dan kotak
pygame.draw.rect(screen, GREEN, (player_x, player_y, player_width, player_height))
pygame.draw.rect(screen, RED, (box_x, box_y, box_width, box_height))
# Tampilkan skor
show_score()
# Refresh layar
pygame.display.flip()
clock.tick(FPS)
# Keluar dari gim
pygame.quit()
sys.exit()
Inisialisasi:
Pygame diinisialisasi, dan layar dengan dimensi 800×600 dibuat.
Objek Pemain:
Karakter utama adalah sebuah persegi panjang yang dapat digerakkan ke kiri dan kanan menggunakan tombol panah.
Objek Kotak:
Kotak jatuh dari atas layar dengan kecepatan konstan. Jika kotak mencapai bagian bawah layar, posisinya akan direset ke atas.
Deteksi Tabrakan:
Menggunakan colliderectuntuk mendeteksi tabrakan antara pemain dan kotak. Jika terjadi tabrakan, skor bertambah dan kotak direset.
Tampilan Skor:
Skor ditampilkan di pojok kiri atas layar menggunakan Pygame Font.
Kontrol Kecepatan:
Gim berjalan pada 60 FPS untuk menjaga kecepatan dan konsistensi.
Cara Menjalankan Gim Om Ano:
1. Simpan kode di file bernama gudang_om_ano.py.
2. Jalankan gim dengan perintah:
python gudang_om_ano.py
Integrasikan suara menggunakan pustaka pygame.mixer, dan cari efek suara gratisan di Freesound.
Untuk menambahkan efek suara tentu perlu kode tambahan, kira-kira menurut AI seperti ini;
import pygame
import random
import sys
# Inisialisasi pygame
pygame.init()
# Dimensi layar
SCREEN_WIDTH = 800
SCREEN_HEIGHT = 600
screen = pygame.display.set_mode((SCREEN_WIDTH, SCREEN_HEIGHT))
pygame.display.set_caption(“Gudang Om Ano – Efek Suara & Motion”)
# Warna
WHITE = (255, 255, 255)
BLACK = (0, 0, 0)
RED = (255, 0, 0)
GREEN = (0, 255, 0)
BLUE = (0, 0, 255)
# FPS
clock = pygame.time.Clock()
FPS = 60
# Pemain
player_width = 80
player_height = 20
player_x = SCREEN_WIDTH // 2 – player_width // 2
player_y = SCREEN_HEIGHT – 50
player_speed = 7
# Kotak (Obyek yang Jatuh)
box_width = 30
box_height = 30
box_speed = 5
box_x = random.randint(0, SCREEN_WIDTH – box_width)
box_y = -box_height
# Skor
score = 0
font = pygame.font.Font(None, 36)
# Efek Suara
catch_sound = pygame.mixer.Sound(“catch.wav”)
fall_sound = pygame.mixer.Sound(“fall.wav”)
# Fungsi untuk menampilkan skor
def show_score():
score_text = font.render(f”Skor: {score}”, True, BLACK)
screen.blit(score_text, (10, 10))
# Loop Utama
running = True
while running:
screen.fill(WHITE)
# Event handling
for event in pygame.event.get():
if event.type == pygame.QUIT:
running = False
# Input keyboard
keys = pygame.key.get_pressed()
if keys[pygame.K_LEFT] and player_x > 0:
player_x -= player_speed
if keys[pygame.K_RIGHT] and player_x < SCREEN_WIDTH – player_width:
player_x += player_speed
# Gerakan kotak jatuh dengan motion (smooth movement)
box_y += box_speed + (score * 0.2) # Kecepatan meningkat seiring skor
if box_y > SCREEN_HEIGHT:
box_y = -box_height
box_x = random.randint(0, SCREEN_WIDTH – box_width)
fall_sound.play() # Suara saat kotak terjatuh
# Deteksi tabrakan
player_rect = pygame.Rect(player_x, player_y, player_width, player_height)
box_rect = pygame.Rect(box_x, box_y, box_width, box_height)
if player_rect.colliderect(box_rect):
score += 1
catch_sound.play() # Suara saat kotak tertangkap
box_y = -box_height
box_x = random.randint(0, SCREEN_WIDTH – box_width)
# Animasi dan gerakan kotak
pygame.draw.rect(screen, BLUE, (box_x, box_y, box_width, box_height)) # Kotak yang jatuh
pygame.draw.rect(screen, GREEN, (player_x, player_y, player_width, player_height)) # Pemain
# Tampilkan skor
show_score()
# Refresh layar
pygame.display.flip()
clock.tick(FPS)
# Keluar dari gim
pygame.quit()
sys.exit()
Berhubung ada keterbatasan pada piranti seluler saya dalam konteks mengoding _Phyton_, maka saya serahkan proses yang mulia ini pada Mas Dika dan Mas Taqwa, adik-adik ideologi saya yang bercokol di Jogja. Semoga gim arkade sederhana ini bisa segera kita coba bersama ya.
Intinya adalah, teknologi yang semakin memudahkan kita dalam urusan di berbagai bidang, tentu wajib pula kita optimalkan fungsinya untuk mengoptimalkan kapasitas dan kompetensi kita sendiri bukan? Termasuk kapasitas orang-orang di sekitar kita. Hingga dengan berbagai upaya berbasis dan berbantu teknologi, kita dapat menghadirkan ekosistem cerdas yang holistik dan berkesinambungan. Ayo main Gim
Daftar Pustaka
1. Buku dan Artikel Terkait Game Development
Schell, J. (2020). The Art of Game Design: A Book of Lenses (3rd ed.). CRC Press.
Rogers, S. (2014). Level Up! The Guide to Great Video Game Design (2nd ed.). Wiley.
McGuire, M., & Jenkins, O. (2017). Creating Games: Mechanics, Content, and Technology. CRC Press.
2. Referensi Pemrograman dan Game Engine
Python Software Foundation. (2024). Python 3 Documentation. Retrieved from https://docs.python.org/3/.
Pygame Community. (2024). Pygame Documentation. Retrieved from https://www.pygame.org/docs/.
3. Sumber Neurosains dan Kognisi
Bear, M. F., Connors, B. W., & Paradiso, M. A. (2020). Neuroscience: Exploring the Brain (4th ed.). Wolters Kluwer.
Gazzaniga, M. S., Ivry, R., & Mangun, G. R. (2018). Cognitive Neuroscience: The Biology of the Mind (4th ed.). W.W. Norton & Company.
Kolb, B., & Whishaw, I. Q. (2015). Fundamentals of Human Neuropsychology (7th ed.). Worth Publishers.
4. Artikel Ilmiah Terkait
Green, C. S., & Bavelier, D. (2003). Action video game modifies visual selective attention. Nature, 423(6939), 534-537.
Bavelier, D., Green, C. S., Pouget, A., & Schrater, P. (2012). Brain plasticity through the life span: learning to learn and action video games. Annual Review of Neuroscience, 35, 391-416.
5. Sumber Online dan Aplikasi Pendukung
Freesound Project. (2024). Free Sound Effects and Samples. Retrieved from https://freesound.org.
Unity Technologies. (2024). Unity Documentation. Retrieved from https://docs.unity.com.
OpenAI. (2024). ChatGPT and DALL·E Image Generator. Retrieved from https://openai.com.