Tauhid Nur Azhar

Upaya Pengendalian Judi Daring, JUDOL, Melalui Pendekatan Neuropsikologi

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengungkap bahwa jumlah transaksi judi online di lingkungan DPR RI mencapai 7 ribu transaksi.

Kepala PPATK, Ivan Yustiavandana mengatakan jumlah itu hanya sebagian dari total 63 ribu transaksi judi online di lingkungan DPR, DPRD, hingga Sekretariat Jenderal (Setjen). (CNN, 26 Juni 2024)

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Indonesia melaporkan lonjakan mengkhawatirkan dalam transaksi perjudian online, melebihi Rp 600 triliun pada kuartal pertama 2024. Angka yang mengejutkan ini menyoroti sifat meresap perjudian online, yang terus mendominasi laporan transaksi keuangan mencurigakan sebesar 32,1%. Implikasi keuangan dari aktivitas perjudian yang luas ini sangat besar, mencakup potensi peningkatan pencucian uang, penggelapan pajak, dan ketidakstabilan keuangan bagi individu dan keluarga yang terlibat.

Untuk memahami daya tarik dan potensi bahaya judi online, penting untuk mengeksplorasi mekanisme neurobiologis yang mendorong perilaku tersebut.

Inti dari pemrosesan penghargaan di otak terletak di ventral striatum(VS), area otak yang sangat penting untuk mengonstruksi motivasi, proses pengambilan keputusan, dan pemrosesan penghargaan (reward) .

VS, terutama nukleus accumbens, menjadi sangat aktif selama antisipasi dan penerimaan penghargaan moneter, serta penghargaan sosial (Izuma, Saito, & Sadato, 2008; Knutson, Adams, Fong, & Hommer, 2001).

VS menerima input dari korteks serebral, talamus, dan batang otak, mengintegrasikan berbagai sinyal untuk mendorong perilaku yang diarahkan pada tujuan, pembelajaran penguatan, dan respons terkondisikan. Keterlibatan wilayah ini dalam pemrosesan penghargaan menjadikannya pemain sentral dalam perilaku terkait kecanduan, termasuk perjudian.

Neuroplastisitas, atau kemampuan otak untuk membentuk koneksi dan jalur baru, dan neurogenesis, generasi neuron baru, adalah proses fundamental yang dapat dipengaruhi oleh pengalaman, termasuk perjudian.

Plastisitas sinaptik, terutama potensiasi jangka panjang (LTP), adalah mekanisme kunci di mana kekuatan koneksi sinaptik ditingkatkan setelah stimulasi berulang. Proses ini sangat penting untuk pembelajaran dan memori, dan mendasari perilaku adiktif yang terlihat dalam perjudian.

Plastisitas bergantung pada waktu lonjakan dan metaplastisitas memperluas konsep ini dengan menggabungkan waktu aktivitas syaraf dan perubahan tingkat jaringan, masing-masing.

Bentuk plastisitas ini menggambarkan bagaimana pengalaman, termasuk hadiah berulang dari perjudian, dapat menyebabkan perubahan jangka panjang dalam fungsi otak.

Plastisitas homeostatik memastikan stabilitas jaringan syaraf dari waktu ke waktu, sementara reorganisasi fungsional memungkinkan otak untuk beradaptasi setelah cedera.

Konsep seperti equipotentiality dan vicariation menyoroti kemampuan otak untuk mendistribusikan kembali fungsi di berbagai wilayah, sebuah fenomena yang diamati dalam pemulihan dari stroke atau kerusakan saraf lainnya (Jaillard et al., 2005).

Diaschisis, hilangnya fungsi di satu area otak karena kerusakan di area lain, menunjukkan bagaimana wilayah otak yang saling berhubungan dapat saling memengaruhi.

Konsep ini telah digunakan untuk menjelaskan efek stroke dan kondisi neurologis lainnya, lebih lanjut menekankan sifat dinamis dan saling terkait otak.

Epigenetik mengacu pada modifikasi pada DNA yang mengatur aktivitas gen tanpa mengubah urutan DNA itu sendiri. Modifikasi ini, yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti diet, stres, dan paparan racun, dapat memiliki efek mendalam pada perilaku dan fungsi otak. Misalnya, metilasi DNA dan modifikasi histon dapat mengubah ekspresi gen, yang berpotensi berkontribusi pada kecanduan dan gangguan neurobehavioral lainnya.

Dalam konteks perjudian, mekanisme epigenetik dapat berperan dalam perkembangan perilaku adiktif. Pemrograman ulang epigenetik, proses di mana faktor lingkungan memengaruhi ekspresi gen untuk menghasilkan fenotipe tertentu, menawarkan kerangka kerja untuk memahami perbedaan individu dalam kerentanan terhadap kecanduan. Pemrograman ulang ini dapat menyebabkan perubahan tahan lama dalam sirkuit otak dan perilaku, menyoroti interaksi kompleks antara gen dan lingkungan dalam membentuk kecanduan (Bergland, 2017).

Otak manusia memiliki mekanisme reward kompleks yang mendorong individu untuk mencari dan terlibat dalam perilaku yang bermanfaat. Mekanisme ini melibatkan berbagai struktur otak, seperti:

– Ventral tegmental area (VTA), menghasilkan dopamin, neurotransmiter yang terkait dengan kesenangan, motivasi, dan pembelajaran penguatan.
– Nucleus accumbens (NAc), bagian dari striatum ventral yang menerima dopamin dari VTA dan memainkan peran penting dalam pemrosesan reward, antisipasi, dan motivasi.

Prefrontal cortex (PFC), membantu dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan, dan kontrol impuls, serta memodulasi aktivitas NAc.

Ketika seseorang terlibat dalam perilaku yang bermanfaat, seperti makan makanan yang enak atau memenangkan taruhan dalam perjudian online, VTA melepaskan dopamin ke NAc.

Dopamin mengaktifkan neuron di NAc, menghasilkan perasaan senang dan memperkuat perilaku. Hal ini mendorong individu untuk mengulangi perilaku yang sama di masa depan.

Ventral striatum, khususnya NAc, memainkan peran sentral dalam mekanisme reward dan kecanduan. NAc terhubung ke berbagai area otak yang terlibat dalam motivasi, pengambilan keputusan, dan kontrol impuls. Koneksi ini memungkinkan NAc untuk mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber dan mendorong perilaku yang mengarah pada reward.

Dalam konteks judi online, NAc sangat aktif ketika seseorang mengantisipasi dan menerima reward, seperti memenangkan taruhan.

Aktivitas NAc ini memperkuat perilaku perjudian dan meningkatkan kemungkinan individu untuk terus berjudi, bahkan ketika mereka mengalami kerugian.

Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan peran ventral striatum dalam perjudian online, antara lain sebagai berikut:

– Teori Sensitisasi, dimana teori ini menyatakan bahwa paparan berulang terhadap reward dari perjudian online dapat meningkatkan sensitivitas NAc terhadap dopamin, sehingga individu membutuhkan lebih banyak stimulasi untuk mencapai tingkat kesenangan yang sama. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas perjudian.
– Teori Desensitisasi, dimana teori ini menyatakan bahwa paparan berulang terhadap reward dari perjudian online dapat menurunkan sensitivitas NAc terhadap dopamin, sehingga individu membutuhkan lebih banyak stimulasi untuk mencapai tingkat kesenangan yang sama. Hal ini dapat menyebabkan individu mencari cara yang lebih berisiko atau ekstrem untuk berjudi untuk mencapai tingkat kesenangan yang diinginkan.
– Teori Disinhibisi, dimana teori ini menyatakan bahwa perjudian online dapat mengganggu fungsi PFC, yang bertanggung jawab atas kontrol impuls. Hal ini dapat menyebabkan individu lebih impulsif dan lebih cenderung mengambil risiko, sehingga meningkatkan kemungkinan mereka untuk terlibat dalam perilaku perjudian yang berbahaya.

Kecanduan judi online, ditandai dengan perilaku perjudian kompulsif yang persisten meskipun memiliki konsekuensi negatif, telah menjadi masalah kesehatan mental yang signifikan. Pendekatan neurosains menawarkan wawasan berharga untuk memahami dan mengelola kecanduan ini.

Penelitian neurosains menunjukkan bahwa kecanduan judi online melibatkan perubahan struktural dan fungsional di otak. Area otak yang terlibat dalam proses reward, motivasi, dan kontrol kognitif, seperti ventral striatum, korteks prefrontal, dan amigdala, menunjukkan perubahan aktivitas dan konektivitas pada individu yang kecanduan.
– Ventral striatum, dimana area ini sangat aktif saat mengantisipasi dan menerima reward, termasuk uang yang dimenangkan dalam perjudian online. Aktivitas berlebihan di striatum ventral dapat memperkuat perilaku perjudian dan meningkatkan kemungkinan kecanduan
– Korteks prefrontal, dimana area ini bertanggung jawab atas pengambilan keputusan, perencanaan, dan kontrol impuls. Pada individu yang kecanduan judi _online’, fungsi korteks prefrontal dapat terganggu, sehingga mereka lebih impulsif dan kurang mampu mengendalikan perilaku perjudian mereka.
– Amigdal, dimana area ini terlibat dalam pemrosesan emosi, termasuk rasa takut dan kecemasan. Pada individu yang kecanduan judi online, amigdala mungkin menjadi lebih sensitif terhadap stres dan kecemasan, yang dapat mendorong mereka untuk berjudi sebagai cara untuk mengatasi emosi negatif.

Memahami mekanisme otak yang mendasari kecanduan judi online dapat menginformasikan pengembangan strategi pengelolaan yang lebih efektif:
– Terapi berbasis neuroplastisitas seperti intervensi yang bertujuan untuk melatih otak untuk mengubah pola pikir dan perilaku terkait kecanduan. Teknik seperti terapi kognitif-perilaku (CBT) dan mindfulness dapat membantu individu mengembangkan strategi coping yang lebih sehat dan mengurangi keinginan untuk berjudi.
– Neuromodulasi dapat dilakukan antara lain dengan teknik seperti stimulasi magnetik transkranial (TMS) dan transcranial direct current stimulation (tDCS) dapat digunakan untuk menargetkan area otak yang terlibat dalam kecanduan dan memodulasi aktivitasnya. Meskipun masih dalam tahap awal penelitian, neuromodulasi menunjukkan potensi untuk membantu mengurangi gejala kecanduan.
– Medikamentosa atau obat-obatan tertentu, seperti antidepresan dan penstabil suasana hati, dapat membantu mengelola gejala kecanduan judi online, seperti depresi dan kecemasan. Namun, penting untuk dicatat bahwa obat-obatan ini hanya boleh digunakan sebagai bagian dari rencana perawatan komprehensif yang mencakup terapi dan intervensi lainnya.

Jika kita ambil contoh model mindfulness, yang mungkin dapat dikembangkan sebagai pendekatan berskala sosial, dan tidak hanya bersifat personal, maka kita dapat melakukan terobosan dalam pengendalian ketergantungan judi online dengan menerapkan konsep mindful dalam skala besar.

Mengapa?

Karena mindfulness dapat meningkatkan kemampuan untuk mengenali dan memahami pikiran, emosi, dan sensasi fisik seseorang. Kesadaran ini dapat membantu individu mengidentifikasi tanda-tanda peringatan awal yang mungkin menyebabkan dorongan berjudi, seperti stres, kebosanan, atau kecemasan.

Mindfulness juga dapat mengurangi reaktivitas emosi, melalui latihan untuk melakukan pendekatan yang tidak menghakimi secara emosi, non judgemental, hingga memungkinkan individu untuk mengamati dan menerima perasaan mereka tanpa merasa terbebani.

Hal ini dapat membantu memutus siklus mencari pelarian emosional melalui perjudian.

Pelatihan mindfulness juga dapat memperkuat kemampuan untuk berhenti sejenak dan merenung sebelum bertindak, sehingga meningkatkan kontrol terhadap impuls yang dapat membantu individu menahan dorongan untuk berjudi secara impulsif dan membuat keputusan yang lebih sadar tentang perilaku mereka.

Beberapa intervensi berbasis mindfulness yang telah menunjukkan potensi dalam mengatasi kecanduan judi online, antara lain adalah Mindfulness-Based Relapse Prevention (MBRP), dimana program ini menggabungkan praktik mindfulness dengan strategi pencegahan kambuh untuk membantu individu mengidentifikasi pemicu, mengembangkan mekanisme koping, dan mencegah kekambuhan.

Lalu ada Acceptance and Commitment Therapy (ACT), dimana ACT berfokus pada menerima pikiran dan perasaan yang sulit sambil berkomitmen pada tindakan yang sesuai dengan tujuan hidup seseorang. Ini dapat membantu individu mengurangi pemicu emosional yang menyebabkan perjudian dan mengejar aktivitas yang lebih memuaskan.

Kemudian ada Mindful Self-Compassion, dimana kasih sayang terhadap diri sendiri melibatkan proses memperlakukan diri dengan kebaikan dan pengertian, bahkan dalam menghadapi kegagalan. Ini dapat membantu mengurangi rasa malu dan kritik diri yang sering kali berkontribusi pada kecanduan judi.

Pendekatan neurosains untuk mengelola kecanduan judi online sebaiknya diintegrasikan dengan pendekatan holistik yang mempertimbangkan faktor psikologis, sosial, dan lingkungan yang berkontribusi pada kecanduan. Hal ini dapat mencakup terapi individu dan kelompok, konseling keluarga, dan dukungan komunitas.

Daftar Pustaka

– Koob, G. F., & Volkow, N. A. (2010). Neurobiology of addiction. Annual Review of Neuroscience, 33(1), 397-429.
– Levesque, M., & O’Brien, M. (2007). Gambling addiction and the brain. Addiction, 102(11), 1628-1636.
– Volkow, N. A., Wang, G. J., Fowler, J. S., Salloway, B., Goldstein, R. Z., & Aston-Jones, G. (2009). Dopamine dysfunction in the human brain: Insights into the pathology and treatment of addiction. Neuroscience & Biobehavioral Reviews, 33(4), 818-842

Kamu suka? Yuk bagikan tulisan ini.

Similar Posts