Pandemi Covid-19, Ujian Berat Pelaku Usaha Pariwisata
Pandemi covid-19 benar-benar menjadi ujian berat bagi para pelaku usaha pariwisata. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya hotel dan penginapan yang dijual di ranah online sebagai dampak pandemi covid-19 yang tak kunjung selesai.
Kondisi ini menjadi perhatian dari Peneliti Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM Prof Baequni. Menurutnya kondisi ini terjadi karena pelaku usaha di bidang jasa akomodasi tidak mampu bertahan lagi karena jumlah wisatawan yang berkunjung menurun drastis.
“Sehubungan hotel yang mengalami kemerosotan jumlah pengunjung, ini ujian berat bagi penyedia akomodasi dan transportasi. Saya kira pihak hotel tentu perhitungan bisnis yang sudah dikalkulasi, apa perlu dijual, bertahan atau membuat diversifikasi kegiatan usaha yang lain,”kata Baequni dalam rilisnya, Rabu (10/2/2021).
Ia menyebutkan tidak hanya hotel dan penginapan, tetapi jasa transportasi dan usaha tour dan travel juga mengalami nasib yang sama. “Sekarang ini memang hotel banyak yang kosong, bahkan mobil travel banyak yang parkir dari bus besar hingga mobil rental tidak bisa bergerak karena tidak ada pesanan yang memungkinakan mereka hadir dan melayani,” kata dia.
Kondisi ini merupakan konsekuensi dampak pandemi covid-19 yang mengharuskan pemerintah melakukan pembatasan bagi orang-orang untuk bepergian bahkan ada kebijakan karantina di sejumlah destinasi.
“Ini konsekuensi dari pandemi yang cepat sekali menular. Semua menahan diri baik wisatawan domestik dan asing karena perjalanan jauh mengundang risiko dari penyakit yang belum diatasi secara seksama,” ujar dia.
Meskipun akan ada kebijakan kelonggaran bagi yang sudah divaksin untuk melakukan bepergian antarnegara dan daerah, namun belum bisa menjamin bisa memulihkan keadaan sektor pariwisata . “Dengan keadaan ekonomi sekarang ini menyebabkan menurunnya pendapatan calon wisatawan sehingga menahan mereka untuk tidak bepergian karena alasan keuangan yang semakin terbatas dan harus survive,” papar dia.
Bahkan calon wisatawan yang memiliki dana untuk bepergian dengan kondisi pandemi sekarang ini akan memilih menahan diri karena di lokasi yang dikunjungi belum mampu mengendalikan kasus covid-19. Meskipun pemerintah telah menelurkan kebijakan program protokol kesehatan di lokasi destinasi wisata.
“Minat wisatawan bepergian belum tumbuh karena masih adanya kekhawatiran,” kata dia.
Ia menyebutkan strategi dalam pemulihan akibat pandemi covid-19 pariwisata sekarang ini perlu adanya konsolidasi dari berbagai perusahaan atau pelaku usaha pariwisata. Konsolidasi ini harus dipadukan dengan berkoordinasi dengan pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan baru dan inovatif di mana kegiatan ekonomi dan kesehatan bisa berjalan seiring. “Perlu kolaborasi antarpihak. Sesuai tugas pemerintah melakukan promosi wisata ke luar namun pasar wisata dunia belum tumbuh,” kata dia.